Pernah terlintas ngga dipikiran kita untuk mengawali hari ini dengan “memberi”?.
Ngga perlu yang muluk-muluk, cukup dimulai dari hal yang kita anggap kecil.
Mulail-lah dengan sesuatu yang kecil yang “gak terlalu berharga” dan mungkin bahkan remeh.
Cobalah mulai dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer disana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan.
Misalnya kita sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga.
Atau, kita sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta sesuatu.
Gak peduli bagaimana pendapat orang tentang kemalasan, kemiskinan, dan kecurangan ‘profesi‘ pengemis dan lain sebagainya.
Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping uang pada mereka.
Atau jika anda ragu duit kita dikemanain, coba wujudkan dengan berupa biskuit atau cemilan kecil.
Barangkali ada rasa enggan dan kesal, karena ada perasaan was-was jangan-jangan tuh pengemis cuman pura-pura miskin biar dikasihani.
Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian kita.
Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis, dan lagi
bagaimana jika seandainya “si peminta” tadi beneran butuh?…
Ingat, kali ini kita hanya sedang “berlatih” memberi; mengulurkan tangan dengan jumlah yang ngga terlalu berarti?
Rasakan saja, sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan kita. Sesuatu itu bernama KASIH SAYANG.
Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai.
Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri kita.
Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri.
Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang kita berikan, namun kepedulian dan kasih sayang.
Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.
Bukan dari jumlah, tapi dari rasa tulus.
Maka yuk kita awali hari dengan memberi, supaya Sang Maha Pemberi tidak sungkan memberikan lebih kepada kita.
Sumber
Ngga perlu yang muluk-muluk, cukup dimulai dari hal yang kita anggap kecil.
Mulail-lah dengan sesuatu yang kecil yang “gak terlalu berharga” dan mungkin bahkan remeh.
Cobalah mulai dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer disana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan.
Misalnya kita sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga.
Atau, kita sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta sesuatu.
Gak peduli bagaimana pendapat orang tentang kemalasan, kemiskinan, dan kecurangan ‘profesi‘ pengemis dan lain sebagainya.
Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping uang pada mereka.
Atau jika anda ragu duit kita dikemanain, coba wujudkan dengan berupa biskuit atau cemilan kecil.
Barangkali ada rasa enggan dan kesal, karena ada perasaan was-was jangan-jangan tuh pengemis cuman pura-pura miskin biar dikasihani.
Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian kita.
Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis, dan lagi
bagaimana jika seandainya “si peminta” tadi beneran butuh?…
Ingat, kali ini kita hanya sedang “berlatih” memberi; mengulurkan tangan dengan jumlah yang ngga terlalu berarti?
Rasakan saja, sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan kita. Sesuatu itu bernama KASIH SAYANG.
Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai.
Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri kita.
Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri.
Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang kita berikan, namun kepedulian dan kasih sayang.
Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.
Bukan dari jumlah, tapi dari rasa tulus.
Maka yuk kita awali hari dengan memberi, supaya Sang Maha Pemberi tidak sungkan memberikan lebih kepada kita.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar